Penulis: dr.Irena Sakura Rini,Sp.BP

Dewasa ini bedah plastik cukup di kenal masyarakat, lebih-lebih setelah para selebritis memaparkan prosedur bedah plastik untuk memperbaiki penampilan mereka dengan aman. Namun belum banyak yang mengetahui bagaimana bedah plastik sebagai satu pengembangan ilmu kedokteran bedah dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Bila hal-hal yang tidak diinginkan menimpa kehidupan misalnya proses penuaan, pertumbuhan tumor baik jinak maupun ganas pada wajah, payudara atau bagian tubuh lain, kecelakaan lalu lintas, luka akibat ledakan bom, luka bakar, kecacatan lahir maupun keloid pada bekas luka operasi terdahulu, bedah plastik dapat membantu mengembalikan kepercayaan diri seseorang.

Bedah plastik berasal dari bahasa Yunani yaitu “plastikos”, yang artinya membentuk kembali. Bedah Plastik sama sekali tidak memakai bahan dasar plastik seperti yang dipikirkan awam. Namun terlebih merupakan ilmu bedah yang menggabungkan penampilan dan fungsi secara keseluruhan.Bedah Plastik merupakan gabungan dua keilmuan, yaitu estetik dan rekontruksi.

Bedah Plastik Estetik adalah tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki penampilan tubuh yang sudah baik menjadi lebih baik. Tujuan diharapkan tubuh atau bagian tubuh yang dioperasi tampak lebih baik (estetik, cantik) sehingga pasien dapat menjalani kehidupan psikososial lebih baik.

Bedah Plastik Estetik meliputi antara lain:

* Kelopak Mata Atas & Bawah, Alis
* Membentuk Pipi, dagu, Hidung (memancungkan, mengecilkan)
* Face-Lift, Neck-Lift (tarik Muka dengan/tanpa operasi)
* Membuang Tatto
* Buang Silicon Injeksi
* Tummy-tuck
* Liposuction
* Memperbesar/mengecilkan payudara
* Varises

Bedah Plastik Rekontruksi merupakan tindakan untuk memperbaiki cacat/kelainan bawaan lahir, trauma/kecelakaan, pasca pengangkatan tumor. Tujuan: fungsi organ dan penampilan pasien menjadi lebih baik, mendekati normal.

Bedah Plastik Rekontruksi meliputi antara lain:

* Bekas Luka Operasi (Keloid)
* Trauma/Kecelakaan
* Cacat Lahir
* Luka Bakar
* Hemangioma
* Pasca Tumor Payudara, wajah Kulit dan Bagian Tubuh lainnya.

Rumah Sakit Kanker “Dharmais telah memiliki sarana pelayanan Bedah Plastik Estetik dan Rekontruksi untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang baik dari segi fungsi maupun penampilan.

Khusus rekontruksi Payudara pada kaum wanita saat ini mengalami perkembangan sangat pesat di seluruh dunia, di man insiden kanker payudara memang masih tinggi khususnya di Indonesia. Seiring dengan kecenderungan untuk dapat dideteksi lebih dini , maka urusan rekontruksi semakin cepat tercapai angka penyembuhan, semakin inin pasien mencari pertolongan untuk membuat payudara “baru” yang hilang sebagian atau seluruhnya akibat kanker tersebut.

Semakin dini pasien dating kerumah sakit, maka semakin tinggi tuntutan hasil pembedahan atas payudara yang menderita kanker tersebut. Demikian juga semakin jinak tumor yang ditemukan, maka luka operasi yang “baik” dan “estetis” semakin diinginkan pasien, karena hanya sedikit massa payudara yang terbuang, dan secara psikologis pasien jenis ini tidak terlalu berat beban yang mereka derita.

Untuk itu baik dokter bedah, khususnya bedah tumor dapat bekerja secara tim dengan ahli bedah plastik demi memperoleh hasil memuaskan baik secara fungsi maupun penampilannya. Demikian juga hal ini berlaku bagi kelainan lainnya yang mungkin merupakan kecacatan bagi penderita, maka kerjasama yang baik antara pasien dan ahli bedah sangat dibutuhkan.

Prosedur rekontruksi yang diterapkan adalah dari yang paling sederhana sampai yang paling canggih, menggunakan modalitas dari jaringan penderita sendiri sampai menggunakan implant (bahan bantu membentuk bagian tertentu tubuh), atau tissue expander (alat bantu memperluas kapasitas jangkauan kulit donor) sampai denganmenggunakan tehnik bedah mikro, ditangani oleh dokter ahli bedah plastik yang telah mendapat rekomendasi kompetensi dari Kolegium Ahli Bedah Plastik Indonesia.

Paradigma dahulu, yang cenderung lebih skeptis terhadap proses bedah rekontruksi, dimana kelangsungan dan kemudahan hidup pasca penyembuhan tumor termasuk optimalisasi fungsi dianggap jauh lebih penting dari sekedar penampilan mendekati bentuk normal, jelas sudah tidak berlaku lagi.Setiap orang memiliki hal untuk mencari upaya tampil sesuai dengan norma kehidupan manusia yang hakiki, selama hayat dikandung badan, meskipun semua orang tahu bahwa umur adalah memang milik yang di Atas sana.

Kamis, 21 Agustus 2008 | 10:45 WIB


Lisa Morrison (50) adalah wanita yang sangat peduli pada kesehatannya. Ia hanya mengonsumsi makanan organik, rutin berolahraga, dan selalu melakukan meditasi. Satu-satunya hal buruk yang ia lakukan adalah kegemarannya menghisap rokok sejak usia 18 tahun. Dalam sehari ia bisa menghabiskan satu bungkus rokok.

Lisa telah melakukan segala cara untuk menghentikan kebiasaan buruknya itu; akupuntur, hipnosis, juga mengonsumsi obat, tapi tak satu pun berhasil. Sampai suatu hari di tahun 2007 ia mengunjungi Dr.Vincent Giampapa, dokter spesialis bedah plastik. Di usianya yang sudah paruh baya itu Lisa berencana melakukan prosedur tarik kulit wajah (facelift) untuk menghilangkan kerutan. Dokter Giampapa mengatakan jika Lisa ingin melakukan facelift, maka ia harus berhenti merokok. Saat itu jualah Lisa akhirnya berhasil menjauhi rokok. "Bila berkaitan dengan kecantikan, kita jadi lebih termotivasi," katanya.

"Kalau Anda mendengar nasehat untuk berhenti merokok karena bisa meningkatkan risiko kanker paru atau penyakit jantung, biasanya kita tak peduli karena masih merasa sehat. Tapi bila bicara tentang operasi plastik, masalahnya lain. Orang lebih termotivasi untuk berhenti karena mereka sangat ingin terlihat awet muda," papar Dr.Alan Gold, president of American Society for Aesthetic Plastic Surgery.

Menurut Gold, selama 5-10 tahun terakhir ini para dokter bedah plastik dan kosmetik menolak untuk mengoperasi para perokok, terutama untuk prosedur facelift, sedot lemak perut (tummy tuck), atau pengencangan payudara (breast lift). Sekarang jika dokter tahu pasiennya adalah perokok dan si dokter nekat tetap melakukan operasi pengencangan kulit, maka tindakannya bisa digolongkan malpraktek

"Nikotin dalam darah akan menyebabkan pembuluh darah mengecil atau mengerut, sehingga mengurangi suplai darah ke kulit. Jika dilakukan operasi bisa menyebabkan luka lama sembuh, meningkatkan risiko infeksi, meninggalkan bekas luka seperti memar atau luka parut," kata Dr.Darshan Shah, spesialis bedah plastik dari Bakersfield Calif, AS.

Biasanya ahli bedah plastik akan menyarankan calon pasiennya untuk berhenti merokok minimal dua minggu sebelum dan setelah prosedur bedah plastik. Ada juga dokter yang menyarankan pasiennya untuk menghentikan rokok dalam jangka lebih lama dengan alasan keamanan. Di Bridgeport Hospital, Connecticut, AS, dokter bedah plastik di sana meminta pasien yang akan melakukan operasi eyelid (penarikan kulit di sekitar mata) atau implan payudara untuk berhenti merokok enam minggu sebelumnya. Pasien tummy tuck diminta berhenti merokok enam bulan hingga setahun sebelum operasi.

Saat ini hampir di seluruh dunia permintaan terhadap prosedur bedah plastik meningkat tajam. Menurut data American Society for Aesthetic Plastic Surgery, ada 11,7 juta kali prosedur bedah plastik kosmetik dan non operasi dilakukan selama tahun 2007.

Sumber : The New York Times